Selamat pagi Indonesiaku, negeri yang kaya akan keberagaman
budaya, suku, bangsa, dan agama. Dimana kita dapat mengibaratkanya sebagai
potongan- potongan kecil dari sebuah puzzle yang dapat menciptakan keindahan
apabila semuanya sudah disatukan.
Seperti lirik dari lagu wajib nasional yang diciptakan oleh bapak
R. Suharjo “dari Sabang sampai Marauke
berjajar pulau- pulau sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia.
Indonesia tanah airku, aku berjanji padamu menjunjung tanah airku, tanah airku
Indonesia”. Damn i love indonesia!.
Setelah sekian lama, akhirnya pada hari ini saya burusaha
melangkah kedepan karena kalau melangkah kebelakang itu SULIT. Maksudnya saya
mencoba untuk menjadi seorang travel
blogger. Untuk first step, saya
akan menceritakan salah satu pengalaman jalan-jalan bersama teman atau bahasa
kerenya traveling with my friends ke salah satu tempat di
Indonesia yaitu BUKIT PERGASINGAN.
WHAT DO YOU KNOW ?
Berlokasi di Sembalun,
Nusa Tenggara Barat
Sembalun adalah sebuah kecamatan
di kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Indonesia dengan luas wilayah
217.08 Km2. Desa- desa yang berada di kecamatan ini memiliki tinggi yang
bervariasi 800 hingga 1200 mdpl. Jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2012
mencapai 19.051 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan lebih banyak 9.861 jiwa,
sedangkan laki- laki 9.190 jiwa.
Kami berangkat dari dari
penginapan yang berlokasi di daerah Cakranegara, Mataram sekitar pukul 07.00
malam waktu setempat. Saat itu kami berharap dapat melakukan pendakian malam.
Dari mataram menuju desa sembalun membutuhkan waktu 2-3 jam menggunakan motor
setelah melewati beberapa tanjakan, turunan, tikungan, sawah, dan hutan dengan
ditemani suasana malam hari yang dingin akhirnya kamipun tiba di lokasi.
Karena tidak
memungkinkan untuk melakukan pendakian pada malam hari, akhirnya kami melakukan
pendakian di pagi hari dan bermalam di pos yang disediakan untuk persiapan
mendaki, kami disambut dengan ramah oleh bapak penjaga pos tersebut(*lupa namanya 😊). Pos berlokasi diantara rumah warga dan disebelah pos terdapat
warung yang kalau tidak salah merupakan rumah dari bapak penjaga pos.
Keesokan paginya kamipun
meminta izin kepeda bapak penjaga pos untuk mendaki. Setelah selesai berkemas
kamipun mulai melangkahkan kaki menuju jalur pendakian (*biar lebih dramatis di
tambah backsound into battle field – crow
zero 2). Suasana pedesaan yang sejuk masih terasa kental banget disini,
aliran sungai dan airnya juga masih jernih. Sekeliling pokoknya masih hijau dan
bikin hati adem.
Walaupun kata sebagian travel
blogger dalam blog nya kalau
jalur dari Bukit Pergasingan tidak sesulit jalur yang harus di lalui untuk
mencapai puncak Gunung Rinjani. Akan tetapi bagi beberapa dari kami termasuk
saya yang belum terbiasa mendaki ini sudah cukup membuat kewalahan. Beberapa
kali kami berhenti untuk beristirahat dan minum. Meskipun demikian kami tetap
menikmati nya.
![]() |
| beautifull |
Akan tetapi
keindahan alam Bukit Pergasingan ini tidak luput dari sisa- sisa sampah
perbekalan. Masih kurangnya kesadaran para pendaki akan hal sekecil ini lah
yang nantinya akan merusak keindahan alam ini. Seperti potongan lagu dari band
cadas asal bali SID ”kapankah kita akan
tersadar, bumi terluka ia pun menangis. Bukalah mata juga hatimu kawan”.
Kita kesampingkan
sebentar tentang masalah sampah tersebut, dan mari kita lanjutkan soal
perjalanan menuju puncak(*yeaaah!).
Bicara soal puncak, Bukit Pergasingan cocok untuk dijadikan salah satu tempat
melakukan pemanasan untuk kalian yang ingin mendaki Gunung Rinjani. Atau mungkin
kalian yang tidak kesampaian atau belum mampu untuk mendaki Gunung Rinjani
tidak ada salahnya menjadikan bukit ini sebagai alternative.
Setelah hampir dua
jam lamanya kami mendaki akhirnya kamipun tiba di puncak bukit ini. Dari bukit dengan
ketinggian 1700 mdpl kita dapat melihat Gunung Rinjani berdiri sangat kokoh dengan
diselimuti gumpalan awan. Rasanya semua rasa lelah selama pendakian terbayar
sudah dengan melihat pemandangan ini ”indahnya
bumi indonesia”.
![]() |
| Gunung Rinjani dilihat dari puncak Bukit Pergasingan |
Cukup lama kami berada di puncak untuk beristirahat, memakan
perbekalan, dan mengabadikan moment. Setelah
itu semua selesai akhirnya kami memutuskan untuk turun. Selama perjalanan turun
saya merasa lebih kelelahan dibandingkan saat mendaki. Mungkin ini dikarenakan
tubuh harus menahan beban yang dibawa. Setelah sampai dibawah kamipun melakukan
persiapan untuk kembali ke penginapan. Setelah pamit dengan bapak penjaga kami
pun melakukan perjalanan pulang. good bye and see you again little new zealand !




Tidak ada komentar:
Posting Komentar